Menantu Dewa Obat
Chapter 112

Bab 112

Keesokan harinya, pagi - pagi sekali Axel pergi mencari Hiro dan mulai membahas pendirian perusahaan bahan obat.

Kemudian Hiro mencari beberapa koneksi dan menggunakan berbagai kekuasaan mereka untuk mendirikan perusahaan ini.

Dan segala prosedur untuk mendirikan perusahaan obat pun dengan cepat disetujui.

Lalu Axel meminta Nara untuk mentransfer dananya. Akhirnya perusahaan bahan obat ini pun secara resmi dibuka.

Sebelum perusahaan dibuka, Hiro telah menghubungi banyak pemasok bahan obat untuk membahas masalah akuisisi bahan obat.

Axel kemudian mengadakan syukuran sebagai acara pembukaan segera setelah perusahaan resmi dibuka.

Pemasok bahan itu semua berdatangan untuk mengucapkan selamat atas dibukanya perusahaan Axel secara resmi. Sebagai bos perusahaan, Axel menjadi pusat perhatian hari itu dan dia bergaya sepenuhnya seperti seorang bos dengan penuh kesombongan.

Lalu detik berikutnya Axel menghabiskan waktunya di perjamuan acara itu sambil menjamu berbagai pemasok bahan obat.

Para pemasok bahan itu memuji dan menyanjung Axel tanpa henti sehingga membuatnya mabuk kepayang.

Dan akhirnya Axel memilih sekelompok pemasok dan memutuskan untuk membeli bahan obat dari mereka.

Selama acara itu berlangsung, Reva hanya melihat dan mengawasi keseluruhan prosesnya secara diam-diam.

Saat Axel hendak menandatangani kontrak dengan pemasok – pemasok itu tiba – tiba Reva datang ke perusahaan bahan obat Axel lebih cepat dari jadwal yang telah ditentukan.

Axel yang sedang duduk di kantornya dengan penuh semangat langsung berubah air mukanya saat melihat Reva.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

Reva tampak tak berdaya. Axel menatapnya seolah-olah dia sedang melihat musuh saja.

Karena saat masalah yang kemarin itu, para pemegang saham perusahaan mendukung Reva sehingga membuat Axel tidak senang dan tidak puas.

Dulu hanya sekadar mengejek dan menghina tetapi sekarang Axel benar-benar menganggapnya sebagai seorang musuh.

"Pa, aku datang hanya untuk memberi saran kepadamu."

"Sebelum kau menandatangani kontrak dengan pemasok itu kau harus melihat dulu kualitas barang mereka."

"Sekarang banyak pemasok yang bahan obatnya sama sekali tidak memenuhi standar..."

Sebelum Reva sempat menyelesaikan ucapannya, Axel sudah mengibaskan tangannya dan berseru: "Diam kau!"

"Apakah kau sedang mengajariku sekarang?"

Alina yang berada disamping juga berkata dengan dingin: "Reva, memangnya kau pikir siapa dirimu? Kau ini hanya menantu yang menumpang di keluarga Shu kami. Kau tak punya hak untuk mengajari kami!"

"Jika keluarga Shu tidak mendukungmu dalam beberapa tahun terakhir ini kurasa kau sudah mati kelaparan sejak dulu."

"Kau ini benar-benar tidak tahu diuntung. Tidak masalah jika kau tak mau membantu tetapi kau malah sengaja mencari-cari kesalahanku."

"Sebenarnya apa maumu?"

"Apakah kau tidak senang melihat aku bahagia?"

Reva tampak tak berdaya. Jika saja Axel bukan ayah Nara, dia juga tidak akan peduli dengan berbagai kekacauan ini.

Tetapi jika dia tidak mempedulikannya, nanti saat Axel membuat kekacauan atau masalah lainnya maka Nara juga yang harus menanggung semuanya.

"Pa, aku tidak bermaksud mencari kesalahanmu, aku hanya datang untuk memberi saran saja."

"Jual beli bahan obat ini adalah masalah yang sangat vital. Apalagi bahan obat kita ini akan disediakan untuk perusahaan farmasi Shu. Ini sangat penting!"

"Jika sampai ada masalah dengan bahan-bahan obat maka konsekuensinya akan sangat besar!"

Axel langsung menyela Reva: "Kau tak perlu khawatir dan sok tau!"

"Aku tidak bodoh. Memangnya kau kira mereka bisa dengan mudah menipuku?"

"Keluarga aku sudah bergerak di bidang industri farmasi sejak lama. Aku lebih mengerti tentang bahan-bahan obat daripada kau. Apakah menurutmu aku masih memerlukan saran darimu?"

Reva mengernyitkan keningnya dan tetap diam beberapa saat. Kemudian dia mengambil sampel diatas meja dan berkata dengan serius, "Pa, karena kau cukup mengerti dan memahami soal bahan obat. Lalu apakah kau tahu bahwa bahan-bahan obat yang baru saja kau beli ini semuanya telah di rendam dengan bahan kimia dan terserap ke dalam bahan-bahan obat itu!"

"Semua bahan obat ini adalah produk gagal!"

Axel tampak tertegun dan berkata dengan marah, "Kau.. kau.. kentutlah!"

"Semua bahan obat ini kualitasnya sangat bagus, bagaimana mungkin produk gagal. Memangnya kau tahu apa?"

"Lihatlah warnanya, teksturnay dan lihat ini."

Reva tidak mengatakan sepatah kata pun. Dengan ringan dia menekan dan menghancurkan bahan obat itu kemudian melemparkannya ke atas meja. "Kau lihat sendiri!"

Setelah mengucapkan kalimat itu kemudia Reva pergi.

Axel dan Alina yang berada di dalam rumah tampak tercengang saat melihat titik hitam pada bahan obat yang sudah hancur itu.

"Apakah...apakah ini benar-benar produk gagal dan rusak?"

Alina tampak gemetar.

Wajah Axel langsung berubah dan berkata dengan suara gemetar: "Cepat, cepat minta mereka kembalikan barang-barang ini semua. Tumpukan bahan obat ini tidak mau lagi!" Axel dengan tergesa-gesa berlari keluar.

Alina diam dan membeku. Dia menatap dengan ekspresi kosong di wajahnya.

Reva, bagaimana kau bisa tahu hal-hal ini?

Previous Chapter

Next Chapter

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report