Menantu Dewa Obat -
Chapter 118
Bab 118
Axel dan Alina berlutut di lantai sambil menangis.
"Papa dan mama melakukan ini semua juga demi dirimu!"
"Reva sama sekali bukan orang yang baik. Kau bisa menemukan yang lebih baik lagi. Mengapa kau harus bertahan pada satu orang saja?"
Nara berkata dengan terburu-buru, "Pa, Ma, bangun dulu baru bicara!".
Axel menjawab: "Nara, jika kau tidak setuju untuk menceraikannya, kami tidak akan bangun!"
Alina: "Ya, jika kau tidak setuju, kami tidak akan mau bangun dan berlutut disini sampai kau setuju!"
"Nara, jika kau tega melihat kami berdua berlutut seperti ini, maka kau teruskan saja tekadmu itu untuk menolaknya!"
Nara berjalan mondar mandir dengan panik. Dia sangat gugup dan bingung dengan kedua orang tuanya yang berlutut di hadapannya. Setelah berpikir sejenak, Nara menggertakkan giginya dan ikut berlutut juga dengan bunyi gedebuk.
"Pa, Ma, jika kalian tidak mau bangun maka aku juga ikut berlutut saja.”
"Lalu jika kita memiliki sesuatu yang perlu dikatakan maka katakan saja sambil berlutut!"
"Tetapi, aku tetap pada pendirianku bahwa aku tidak akan menceraikan Reva!"
Axel dan Alina tampak tercengang. Awalnya mereka ingin menggunakan trik ini untuk mengancam Nara.
Tetapi sekarang Nara juga ikut berlutut sehingga mereka tak punya cara lain lagi untuk mengancam.
Keduanya saling memandang. Akhirnya Axel menghela nafas dan berkata: "Nara, biarkan aku memberitahumu yang sebenarnya...." Kemudian Axel menceritakan tentang masalah Astragalus itu.
"Nara, mama-mu dan aku benar-benar tidak mempunyai cara lain lagi."
"Perusahaan farmasi Shu ini kita dapatkan dengan susah payah.”
"Jika hancur karena hal ini, kita akan menjadi orang yang berdosa selamanya."
"Dan pada saat itu, kita berdua mungkin benar-benar akan bunuh diri di sungai bersama!"
"Kau dan Reva hanya perlu bercerai. Setelah bercerai, Julian yang akan mengurus semuanya."
"Perusahaan farmasi Shu sekarang bernilai satu milyar dolar. Apakah kau rela melihat farmasi Shu bangkrut hanya karena hal ini?"
Mendengar ini, Nara langsung tersenyum sambil berkata: "Pa, Ma, jadi ternyata hanya karena hal ini?"
Alina tampak bimbang dan bertanya: "Nara apa maksudmu dengan hanya karena hal ini?"
"Ini bukan masalah sepele!"
"Produk perusahaan sudah dijual di pasaran dan aku tidak tahu berapa banyak konsumen yang telah membelinya!"
"Jika masalah ini diselidiki lebih lanjut, perusahaan ini pasti akan hancur!"
Nara tertawa lalu membantu Axel dan Alina berdiri. Kemudian dia berkata: "Pa, Ma, jika mengenai masalah ini, kalian tak perlu mengkhawatirkannya!" Keduanya terkejut dan bertanya: "Mengapa?"
Nara: "Karena aku tak pernah menggunakan Astragalus itu!"
"Aah?" Keduanya membelalakkan mata karena terkejut.
"Tidak digunakan? Benarkah...yang benar?"
"Bukankah perusahaan membutuhkah Astragalus ini waktu itu?"
Nara tersenyum dan berkata, "Sebenarnya kita malah harus berterima kasih kepada Reva."
Nara menceritakan kembali apa yang telah dilakukan Reva dan berkata sambil tersenyum, "Astragalus itu semuanya masih ada di gudang!"
"Sejak diantarkan kembali kesini sampai sekarang, semuanya terekam dalam pengawasan CCTV di gudang."
"Jadi nantinya tak mungkin ada orang yang bisa menjebak kita!"
"Dengan adanya pengawasan CCTV, kita tidak bersalah!"
Axel dan Alina tampak tercengang. Mereka tidak menyangka bahwa masalahnya akan menjadi seperti ini.
"Apakah... apakah benar yang kau katakan itu?" tanya Axel dengan terkejut.
"Tentu saja benar!" jawab Nara: "Jika kalian tidak percaya kepadaku nanti aku akan membawa kalian berdua ke gudang untuk melihatnya!" Axel: "Bagus! Bagus sekali!"
Alina juga berkata dengan penuh kegembiraan: “Nara, apakah semua ini benar benar ide Reva?"
"Tentu saja!" jawab Nara dengan bangga, "Reva mengatakan bahwa dibalik kejadian ini pasti ada seseorang yang telah dengan sengaja ingin menjebak dan menyerang kita!" "Pa, Ma, sekarang kelihatannya Julian memang sengaja ingin menipu kita!"
Axel menggaruk kepalanya yang tidak gatal: "Mungkinkah?"
"Julian adalah orang yang baik, untuk apa dia menipu kita?"
"Huh!" Naxia mengerucutkan bibirnya lalu berkata:"Sudah berapa kali dia menipu kita?"
"Masalah mengenai akun perusahaan yang di bekukan kemarin itu dalangnya adalah Julian!"
"Jansen itu adalah pamannya Julian!"
"Haah?" Mata Axel membelalak dengan lebar: "Yang benar saja?"
Previous Chapter
Next Chapter
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report