Menantu Dewa Obat -
Chapter 155
Bab 155
Reva yang baru saja sampai di rumah langsung mendengar suara Axel yang sedang marah karena kehilangan kesabarannya.
"Alina, ada... ada apa sebenarnya dengan keluargamu?"
"Sudah gila yah?"
"Aku tidak mau tau pokoknya suruh mereka pergi besok!"
Mata Alina memerah dan berkata dengan air mata berlinang: "Axel, pikirkanlah perasaanku sedikit?"
"Dia adikku, bagaimana.... bagaimana bisa aku mengusirnya? Jika aku melakukannya hanya akan membuat keluargaku kecewa!"
"Di awal kita menikah dulu, saat kau masih miskin dan tak punya apa – apa, bagaimana mamaku memperlakukanmu?"
Axel tampak tertegun, dia teringat dulu di awal tahun itu dia masih miskin dan saat itu ibu mertuanya memperlakukannya dengan baik dan sampai sekarang Axel selalu bersyukur. "Lalu... lalu apa yang harus aku lakukan dengan ini?" tanya Axel dengan cemas, "Apakah kita harus mengangkat dia menjadi manajer umum perusahaan?"
"Nara, bagaimana menurutmu? Kau malah berjanji ke mereka akan menjawabnya dalam waktu satu hari?"
"Bagaimana kau akan menjawab mereka?"
Nara tampak tak berdaya dan menjawab: "Pa, jika aku tak menjawab mereka seperti itu pada situasi seperti tadi, apakah mereka akan pergi?"
Axel: "Meski begitu kau juga tak boleh asal berjanji kepada mereka!"
"Kalau kau tak dapat memenuhi janjimu itu lalu bagaimana?"
Nara terdiam. Dia juga tidak tahu harus bagaimana.
Detik berikutnya Reva datang dan berkata: "Pa, jangan khawatir aku akan menangani masalah ini.”
Axel memelototi Reva dan berkata: "Kau menanganinya? Memangnya kau punya kemampuan apa sehingga bisa menanganinya?"
"Baru saja aku akan menegurmu, siapa yang mengijinkanmu membawa mereka ke hotel bintang lima?"
"Apakah kau tahu berapa biaya hotel bintang lima untuk satu malam?"
"Mereka sekeluarga itu tidak akan pernah merasa puas. Jika mereka tinggal disini terus menerus lalu bagaimana dengan biaya - biayanya?" Reva berkata dengan perlahan, "Pa, jangan khawatir, tak lama lagi mereka akan pergi dan memohon untuk tidak tinggal di hotel bintang lima.”
Axel tampak tertegun sejenak dan bertanya dengan heran: "Apa yang kau katakan barusan?"
"Apakah otakmu sudah miring? Kau mengatakan mereka akan pergi dan juga memohon untuk tidak tinggal di hotel bintang lima? Apakah kau sudah gila?" Nara dan Alina juga menatap Reva dengan terpana. Menurut mereka Reva sedang bermimpi di siang bolong.
Alina berkata: "Sudahlah, sekarang jangan membahas tentang hotel bintang lima dulu."
"Yang terpenting sekarang adalah masalah pekerjaan Nadine."
"Ini... ini harus bagaimana?"
Reva menjawab: "Tidak apa-apa, kita setujui dulu saja permintaan mereka, sisanya serahkan kepadaku!"
Alina tampak cemas dan berkata dengan gugup: “Reva, apa... apakah kau tahu apa permintaan mereka? Jangan main setuju saja!”
"Jabatan dan fasilitas yang dimintanya itu, bagaimana kau bisa menanganinya?"
Reva: "Ma, tenang saja."
"Lakukan saja seperti yang aku katakan."
"Tenang saja, mereka pasti akan pergi sendiri dalam waktu tiga hari."
"Dan setelah ini mungkin mereka tidak akan berani datang berkunjung lagi nantinya!"
Ketiga orang itu tampak tercengang. Bagaimana mungkin Reva bisa begitu yakin dengan ucapannya?
Setelah terdiam cukup lama akhirnya Nara lebih dulu mengangguk dan berkata: “Pa,
Ma, lakukan saja seperti yang dikatakan Reva."
"Aku percaya pada Reva, dia tidak akan mengecewakanku!"
Axel dan Alina menatap Reva dengan penuh selidik karena mereka merasa Reva tak akan bisa menangani dan menyelesaikan masalah ini.
Keesokan harinya pagi - pagi sekali, Axel terbangun karena panggilan telepon dari Rebecca yang memintanya untuk menjemput mereka di hotel.
Axel lalu pergi menjemput mereka dengan penuh emosi. Saat tiba di hotel dia melihat Jonathan sekeluarga duduk di lobby hotel dengan wajah lusuh dan lemas.
"Ada... ada apa dengan kalian?"
Axel tampak terkejut.
Saat melihat Axel, mereka bertiga tampak seolah-olah telah menemukan penyelamat yang datang untuk menyelamatkan mereka.
Jonathan segera menghampirinya dan meraih lengan Axel: "Kakak ipar, cepat... cepat kau bantu kami pindah ke hotel lain. Aku mohon, kami... kami benar-benar tidak bisa tinggal di hotel ini!" Axel tidak bisa untuk tidak terkejut. Keluarga ini benar-benar memohon padanya untuk pindah ke hotel lain? Apa yang telah Reva lakukan sebenarnya?
"Kenapa mau pindah hotel?"
Jonathan menghela nafas dan berkata: "Aihh, jangan bahas itu!"
"Setelah kami tinggal disini semalam, tidak tahu mengapa seluruh tubuhku muncul bintik-bintik merah yang aneh dan terasa sangat gatal."
"Kami tidak bisa tidur sepanjang malam. Dan karena kami juga tidak tahu harus bagaimana akhirnya kami menelepon unit gawat darurat dan pergi ke rumah sakit."
"Lalu, dokter mengatakan bahwa kami mengalami alergi. Menurut dokter, ranjang di hotel bintang lima ini terbuat dari bahan khusus dan sepertinya kami alergi terhadap bahan tersebut."
"Semalam kami bertiga tidak bisa tidur sepanjang malam. Gatal..... gatal – gatal ini berlangsung sepanjang malam!”
Axel hampir tertawa terbahak- bahak. Brengsek, siapa suruh kau ingin tinggal di hotel bintang lima?
Sekarang rasakan balasannya!
Tetapi hati Axel tampak mencelos sejenak.
Bagaimana Reva bisa tahu bahwa mereka akan memohon untuk tidak tinggal di hotel ini?
Apakah Reva tahu mereka bisa alergi?
Previous Chapter
Next Chapter
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report