Menantu Dewa Obat -
Chapter 412
Bab 412
Nara tampak tidak enak hati. "Tiger, itu tidak sama."
"Villa ini diberikan oleh paman Geni bersama dengan teman-temannya yang lain."
SU
"Sedangkan... sedangkan kau memberikan barang yang sangat berharga ini sendirian saja. Ini terlalu banyak!"
Tiger tertawa: "Direktur Shu, tidak bisa dikatakan seperti itu."
"Si tua Geni dan yang lainnya mengumpulkan selusin orang untuk berinvestasi hingga nilainya mencapai 2 milyar." "Sedangkan aku sendiri sudah menginvestasikan 1 milyar lebih."
* Kalau dihitung dari keuntungannya, apa yang aku dapatkan itu sudah hampir menyamai keuntungan selusin orang itu."
Nara tidak dapat langsung menjawabnya. Dia hanya bisa menatap Reva dengan tak berdaya.
Reva tersenyum dengan lembut dan berkata, "Sudahlah, Tiger, kau juga jangan mengucapkan kata-kata sungkan seperti ini lagi." "Lain kali jangan hambur - hamburkan uangmu, kita ini sudah seperti keluarga, tidak perlu membanding - bandingkan ini semua." "Kita sudah seperti keluarga sendiri, jadi beda dengan orang lain, ngerti kan?"
Tiger tampak bahagia. Dia mengangguk - angguk dan berkata, "Ngerti, ngerti!”
Nara tercengang. Dia ingin Reva menolak kedua jam tangan itu.
Tetapi dia tidak menyangka Reva malah langsung menerimanya begitu saja?
Dengan alasan bahwa jangan membuat Tiger merasa malu?
Bukannya seharusnya mereka yang merasa malu?
Dia tidak tahu bahwa Tiger senang sekali hingga hampir terharu.
Ucapan yang Reva katakan tadi itulah sebenarnya yang paling penting untuk Tiger!
Tiger meletakkan kedua portfolionya di sini dan mengucapkan sampai jumpa.
Dan tidak lama kemudian Axel dan Alina datang ke sini setelah Reva dan Nara baru saja masuk kembali ke dalam rumah. "Huhh, halaman rumah ini sangat besar. Itu cukup untuk memarkir tiga sampai lima buah mobil, seperti sedang bermain saja!"
Axel menghela nafas dengan penuh emosional,
Alina merasa sangat senang. "Tentu saja!"
"Aku tadi sempat bertanya kepada pengelola properti disini. Villa ini adalah villa yang paling mahal di sini." "Halamannya sangat luas, mungkin sekitar beberapa ratus meter persegi dengan dua garasi di dalamnya." "Kalau hanya diparkir beberapa mobil bukankah itu benar-benar seperti sedang bermain - main saja." "Kau lihat kolam renang di sebelah sana, indah sekali."
Hana juga bahkan lebih bersemangat. "Ma, nanti aku akan menelepon teman-temanku dan mengajak mereka melihat kolam renang rumalı kita!" "Huhh, setiap kali selalu bercerita kepadaku bahwa mereka mengenal orang kaya yang rumahnya ada kolam renang."
"Sekarang aku akan membiarkan mereka lihat apa itu yang dinamakan orang yang benar-benar kaya!"
Alina mengangguk. "Yah sudah seharusnya!"
"Huhh, berapa banyak orang yang meremehkan kita dulu!"
"Sekarang, biarkan mereka melihatnya sendiri."
"Axel, aku telah memutuskan, nanti setelah barang-barang aku selesai dipindahkan kesini, aku akan mengajak teman-temanku berkunjung ke sini!" Axel mengangguk - angguk, "Itu sudah pasti!"
"Kita kan pindah ke rumah baru jadi setidaknya harus mengundang beberapa teman-teman kita untuk berkunjung dan mengobrol."
"Nanti kita makan malam di rumah, aku juga akan menelepon teman-teman lamaku!"
Ketiga orang itu sudah tidak sabar untuk memamerkannya di depan teman-teman mereka.
Lalu tiba-tiba Hiro bertanya, "Hei, mengapa muncul dua mobil di halaman?"
Ketiga orang lainnya menoleh dan melihatnya. Tatapan Hana langsung tertuju kepada Maserati putih itu lalu dengan tertegun berkata, "Mobil ini sangat indah sekali." "Itu adalah Maserati Quattroporte!"
"Salah satu sahabatku sering painer bahwa dia kenal dengan bos wanita yang mengendarai Maserati."
"Wah, mobil ini keren sekali. Kalau bisa mengendaranya, aku pasti akan senang sekali."
Dengan antusias Hiro juga melihat Mercedes-Benz type Big G. Semua pria pasti tertarik dengan kendaraan off-road seperti ini.
Alina yang tidak mengerti soal mobil bertanya dengan heran. "Apakah mobil seperti ini sangat mahal?"
Hiro mengangguk: "Sangat mahal!"
"Masing-masing mobil ini jauh lebih mahal daripada Panamera yang kau beli sebelumnya!"
Mata Alina langsung berbinar - binar: "Benarkah?"
"Pantas saja tampak indah sekali!"
"Ini... ini mobil siapa?"
"Kenapa diparkir di halaman rumah kita?"
"Mobilnya belum ada plat mobil? Baru dibeli?"
Hana tersadar lalu dengan cepat berkata, "Ma, jangan – jangan ini juga diberikan oleh para bos - bos itu?"
"Si tua Geni dan teman-temannya memberikan rumah. Bisa jadi bos - bos lain itu yang memberikan mobil - mobil ini, kan?" Previous Chapter
Next Chapter
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report