Menantu Dewa Obat -
Chapter 433
Menantu Dewa Obat
5 mutiara
Bab 433
Setelah tampak ragu-ragu sejenak lalu dokter Jose' mencondongkan tubuhnya ke aralı Drvi dan berbisik, "Nona Devi, apakah Reva mengancammu?"
"Ada masalah apa, katakan kepadlaku,"
"Tidak ada yang tidak bisa aku lakukan di rumah sakit ini!"
"Asalkan aku mau, aku bisa membuat Reva keluar dari sini kapan saja!"
Devi merasa sangat marah. Dia hanya ingin membangun citra diri yang baik di depan Reva,
Tetapi sekarang Jose malah datang menghina Reva dengan berbagai cara yang membuatnya merasa sangat susah hati!"
"Dokter Jose, silahkan keluar!" ujar Devi dengan marah.
Jose merasa sangat malu sekali lalu sambil menggertakkan giginya dia berkata dengan serius, "Oke!"
"Karena kau tidak menerima sanjunganku, anggap saja aku yang terlalu narsis!"
"Aku kasih tahu yah bahkan dekan di rumah sakit ini pun setidaknya masih harus menghormatiku!"
"Hehh, dalam seumur hidupmu kau jangan pernah berharap bisa berkembang lagi!"
Jose pergi dengan penuh amarah.
Devi berkata dengan penuh rasa tidak enak hati. "Kak Reva, aku benar-benar minta maaf. Orang ini benar-benar aneh sekali”
Reva cemberut. Dia juga merasa tidak berdaya.
Kau, Jose, bisa mengejar wanita yang kau mau sesukamu tetapi apa maksudnya dengan datang ke departemenku dan memaki aku?Seolah-olah aku melarangmu mengejarnya saja! Tetapi masalah ini belum berakhir.
Tidak lama setelah dokter Jose pergi, gantian dokter Roy yang mendorong pintu departemennya dan masuk.
Dokter Roy melirik Reva dengan jijik. Dia langsung berjalan menghampiri Devi.
"Nona Devi, bolehkah kita berbicara secara empat mata sebentar?"
Devi terkejut. "Dokter Roy, ada apa?”
Roy: "Ini berhubungan dengan pekerjaanmu."
"Nona Devi, ayo keluar sebentar untuk mengobrol."
levi tampak bingung tetapi tetap saja dia meletakkan kain lap di tangannya itu,
"Kak Reva, aku keluar sebentar."
Reva mengangguk. Dia sama sekali tidak merasa perlu repot-repot memperhatikan mereka. Menurutnya Roy ini pasti memiliki pikiran yang sama dengan Jose,
Devi mengikuti Roy hingga ke depan pintu dan melihat seorang wanita paruh baya sedang berdiri di depannya.
Wanita itu mengenakan pakaian yang indah dengan dua cincin permata yang besar di tangannya dan seuntai kalung mutiara di lehernya membuat orang merasa sekujur tubuhnya penuh dengan aura elegan "Nona Devi, mari kuperkenalkan, ini adalah mama aku. Dia adalah manajer umum PT Medipharm di kota kami."
Roy menunjukkan ekspresi tulus dan bangga.
Devi tampak sedikit bingung tetapi tetap menyapa wanita itu dengan sopan, "Halo tante."
Wanita itu menatap Devi dari ujung kepala hingga ujung kaki. Setelah itu dia menunjukkan ekspresi puas dan mengangguk. "Halo."
"Nona Devi, apakah kau berasal dari kota ini?"
Devi mengangguk, "Ya."
Wanita: "Apa pekerjaan orang tuamu?"
Devi: "Uhmm, kedua orangtuaku berprofesi sebagai dokter."
Mata wanita itu langsung berbinar. Dia jelas merasa sangat puas sekali.
"Ternyata latar belakang keluargamu di bidang kedokteran. Itu hebat, hebat sekali."
"Pantas saja nona Devi juga bekerja di bidang ini."
Si wanita itu mengangguk - angguk.
Wajah Devi tampak penuh keheranan. Memangnya apa hubungannya dengan wanita itu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya?
Dengan lembut wanita itu berkata, "Nona Devi, suami aku bekerja di biro kesehatan. Pekerjaan utamanya adalah bertanggung jawab atas pengelolaan rumah sakit."
"Roy bekerja di rumah sakit ini juga untuk berlatih dan mencari pengalaman saja. Di kemudian hari kami pasti akan membiarkan dia mendapatkan posisi yang lebih baik lagi."
"Kedua orangtuamu juga berprofesi sebagai dokter jadi sangat cocok dengan bisnis keluargaku.
"Begini saja, pertama – tama kau pindah dulu ke departemennya dokter Roy dan berteman
dengannya untuk beberapa waktu."
"Kalau boleh, sekalian ajak orangtuamu keluar untuk makan bersama. Dengan begitu bisa dianggap sudah saling mengenal."
Devi tampak bingung. "Tante, ap........ apa maksudnya ini?"
"Aku baik-baik saja bekerja di departemen ini. Aku tidak berpikir untuk pindah departemen."
"Apalagi orangtuaku juga sangat sibuk jadi mungkin agak sulit untuk mengajak mereka makan bersama."
Wanita itu mengernyitkan keningnya. "Sibuk?"
"Tidak peduli seberapa sibuknya mereka, apakah akan sesibuk kami?"
"Perusahaan kami asetnya bernilai milyaran. Apa kau tahu seberapa sibuknya aku sebagai seorang manajer umum?"
"Apakah kedua orang tuamu bisa lebih sibuk daripada suami aku yang bertanggung jawab atas pengelolaan seluruh rumah sakit di kota?"
"Kita semua bisa meluangkan waktunya sejenak tetapi orang tuamu malah sama sekali tidak punya waktu?"
"Kau ini, apakah kau tahu sopan santun? Bagaimana cara kedua orangtuamu itu mengajarimu?!
Previous Chapter
Next Chapter
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report