Menantu Dewa Obat -
Chapter 438
Bab 438
Roy memapah wanita itu dan langsung menuju kantor dekan.
Begitu masuk ke dalam kantornya, wanita itu langsung berteriak, "Dekan, aku akan memberi kesempatan kepadamu sekarang."
"Cepat kau pecat Reva dan Devi itu dan juga suruh satpam membawa mereka untuk menghadapku sehingga aku bisa memberi pelajaran kepada mereka!"
"Kalau tidak, aku akan membuat jabatan dekanmu ini hilang!"
Dekan rumah sakit mengernyitkan keningnya lalu dengan serius berkata, "Sembarangan!"
"Reva adalah direktur departemen di rumah sakit ini dan nona Tanaka adalah perawat kami. Bagaimana bisa kau menginginkan mereka di pecat lalu kami harus menurutimu?
"Dan kau juga mengatakan untuk meminta satpam membawa mereka kesini agar kau bisa memberi pelajaran kepada mereka?"
"Kau anggap apa rumah sakit kami ini?"
"Aku beritahukan kepadamu, tidak peduli apapun identitasmu yang jelas rumah sakit bukan tempatmu untuk bertindak sembarangan!"
Wanita itu langsung tercengang.
Sebelumnya dekan sangat menghormatinya ketika melihatnya.
Apa yang terjadi sekarang?
Dekan RS ini sekarang benar-benar berani melawannya?
"Oke!"
"Kau sendiri yang mengatakannya yah. Jangan pernah menyesalinya!"
"Sebentar lagi suamiku akan datang. Aku mau lihat bagaimana kau
menjelaskan hal ini kepadanya!"
Wanita ini meraung marah dan berjalan pergi bersama Roy dengan penuh emosi.
Dekan melihat keduanya pergi dengan seringai di wajahnya.
Dia mengetahui identitas Devi tetapi dia tidak memberitahukan statusnya itu kepada siapapun di RS ini.
Dekan RS memang sudah lama tidak suka dengan Roy karena dia selalu mengandalkan jaringan koneksi keluarganya. Sehingga Roy bisa berlaku semena - mena di RS. Dan kali ini, dekan benar-benar ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengusir Roy keluar dari RS ini.
"Ulah yang dibuatnya sendiri sudah sewajarnya tidak perlu diberi ampun!"
Setelah bergumam dengan suara kecil lalu dekan menyenandungkan seuntai lagu kecil.
Devi sedang membantu Reva membersihkan kantornya ketika tiba-tiba ponselnya berdering
Dia mengambil ponselnya dan melihat bawah Helen yang menelepon dia.
"Helen, ada apa?"
Terdengar suara Helen yang menangis. "Kak Devi, kau... kau bisa bantu aku tidak mamaku... mamaku diusir dari bangsalnya..."
Ekspresi Devi langsung berubah. "Apa yang terjadi?"
"Siapa yang mengusir kalian dari bangsal?"
Helen: "Seorang dokter yang bernama Jose. Dia... dia bilang ranjang ini sudah ada yang pesan..."
"Mamaku masih sedang diinfus tetapi dokter Jose langsung mencabut jarumnya..."
"Kak Devi, aku... aku tidak berani memberitahu kak Reva."
"Bagaimana kalau kau mengantar kami kembali ke rumah sakit yang sebelumnya..."
Wajah Devi langsung menjadi dingin. Dia ingat bahwa Jose adalah orang yang tadi datang dan mengajaknya untuk minum milktea bersama.
Saat dia diusir oleh Devi, dia memang sempat melontarkan kata-kata yang kasar.
Devi tidak mengindahkan ucapannya itu tetapi dia sama sekali tidak menyangka bahwa orang ini akan bersikap begitu hina. Dokter Jose itu malah pergi mencari masalah dengan Helen.
Bisa dipastikan si Jose itu pasti sudah tahu bahwa mama Helen dirawat di rumah sakit atas bantuan Devi jadi dengan sengaja dia mengusir Helen untuk memaksa Devi.
"Devi, jangan panik. Aku akan segera tiba!"
Devi meletakkan ponselnya dan bergegas ke departemen rawat inap yang ada di depan.
Baru saja sampai di atas, Devi sudah melihat Helen yang berdiri di koridor sambil memapah mamanya
Papanya Helen duduk merosot di tanah. Dia memegang dahinya dan tampak darah yang menyembur di antara jari - jarinya.
Tampak ada kekacauan di sekitar situ.
Ekspresi Devi langsung berubah. Dengan cemas dia bertanya, "Apa... apa yang terjadi di sini?"
Seorang perawat dengan tampang garang datang dan mendengus dingin. "Keluarga pasien ini sengaja mencari gara-gara di sini dan masih ingin memukul orang."
"Tetapi pada akhirnya dia tidak memukul siapapun malah melukai dirinya sendiri dan duduk disini ingin menggertak orang."
"Kami sudah memanggil polis. Kau bisa terus duduk disini. Aku ingin tahu kau bisa menakuti siapa di sini!"
Dengan cepat Helen berkata, "Kami... kami tidak mencari gara-gara..."
"Mereka yang membuang barang-barang kami dan mengusir mamaku..."
"Pada saat itu mamaku sedang diinfus dan mereka ingin mencabut jarum yang ada di tangan mamaku. Papaku takut akan terjadi sesuatu sehingga tidak mengijinkan mereka mencabutnya." "Lalu mereka... beberapa dari mereka bersama-sama memukul papaku dan mendorong papaku ke dinding serta melukainya..."
Previous Chapter
Next Chapter
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report