Menantu Dewa Obat

Bab 608

Imanuel melihat semua ini dengan hati senang. Dia memang sengaja menuduhkan semuanya kepada Reva dan mencari kesempatan untuk membereskan Reva.

Tiger buru-buru memimpin anak buahnya untuk melindungi Reva.

Semakin para penduduk desa itu berbicara, mereka semakin marah dan situasi di tempat itu seolah-olah hendak berlanjut menjadi perkelahian kalau mereka ada yang tidak setuju. Dengan tak berdaya Herman berkata, "Semuanya, meski kalian ini mencari gara-gara sekalipun, kalian sudah mencari orang yang salah."

"Pada awalnya proyek ini dikembangkan oleh keluarga Permana dan kami sama sekali tidak terlibat di dalamnya."

"Proyek ini hanya kami ambil alih dalam beberapa hari terakhir. Jadi masalah yang sebelumnya sebenarnya sama sekali tidak ada hubungannya dengan kami."

"Untuk apa kalian mencari kami?"

Para penduduk desa itu terpaku.

Christie mencibir, "Siapa yang peduli dengan semua itu?"

"Sekarang proyeknya sudah diambil alih oleh kalian, tentu saja harus mencari kalian."

"Beberapa desa ini telah dibuat hancur oleh kalian dan kalian masih melemparkan tanggung jawabnya kesana dan kemari?"

"Kalian sebagai pengembang benar-benar tidak punya hati nurani sama sekali!"

"Hanya demi untuk mendapatkan keuntungan lantas kalian tidak mau peduli dengan urusan hidup mati orang lain?"

Beberapa ucapannya ini kembali menyulut kemarahan di hati para penduduk desa.

Semua orang langsung bersikap agresif. Salah satu dari mereka bahkan berteriak, "Pukul dia! Hajar mereka! Habisi mereka!"

Melihat konflik di antara kedua belah pihak yang segera akan terjadi kemudian tiba-tiba Reva berkata, "Kalian ini memang pantas mau!"

Begilu ucapannya ini dilontarkan, semua orang langsung tercengang.

Orang-orang ini sama sekali udak menyangka bahwa Reva akan berani mengatakan hal seperti ilu pada saat ini. Bukankah ini namanya hanya akan semakin mengobarkan api kemarahan mereka saja? Bahkan Herman pun ikut tercengang. Tidak biasanya Reva bersikap seperti itu.

Imanuel merasa sangat gembira, seolah-olah dia telah mendapatkan kesempatan itu dan

berteriak, "Reva, kau ini benar-benar bajingan. Kau sangat kejam sekali!"

"Apa yang telah kau lakukan terhadap para penduduk desa ini demi untuk mendapatkan keuntungan?"

"Bukannya sadar dan tobat tetapi kau malah masih memaki dan mengutuk mereka. Apa kau masih bisa dianggap sebagai manusia?"

"Orang-orang sepertimu seharusnya dijebloskan ke lapisan neraka ke delapan belas saja setelah mati nanti!"

Para penduduk desa itu juga sangat marah. Mereka mendekat dan hendak memukuli mereka sambil berteriak.

Hendra masih lebih rasional. Dia melangkah ke depan untuk menghentikan semua orang dan menatap Reva dengan marah.

"Hei Reva, aku tidak peduli siapa dirimu!"

"Sekarang, segera, enyah dari sini!"

"Kami tidak menerima orang-orang sepertimu di sini!"

"Dan juga jangan pernah berharap untuk bisa mengembangkan proyek ini!"

"Berapapun uang yang kau habiskan, aku akan membuatmu menghabiskannya dengan sia-sia!" teriak Hendra dengan dingin.

Imanuel merasa sangat gembira. Ini adalah kejadian yang sangat membuatnya bahagia karena bisa membuat Reva membayar ganti rugi yang banyak di tempat ini. Herman dan yang lainnya juga tampak sedikit panik.

Kali ini mereka datang untuk mencari solusi. Tetapi dengan Reva yang sengaja membuat keributan seperti ini maka mereka tidak akan mungkin bisa melanjutkan proyek ini lagi. "Reva, kita jangan melawan dengan mereka, yah?" ujar Herman dengan suara rendah.

Ekspresi Reva tampak tenang. Lalu dengan perlahan dia berkata, "Mau aku pergi, boleh!"

*Tetapi aku harap nanunya kau tidak datang untuk mencari dan memohon kepadaku."

Hendra tersenyum, "Apa kau benar-benar mengira dirimu sangat hebat?"

"Hanya punya sedikit uang bau itu saja, kau sudah merasa dirimu hebat?"

"Aku kasih tahu yah. Aku sama sckali tidak peduli dengan uangmu yang bau itu."

"Memohon kepadamu? Pergi mimpi saja kau sana!"

Reva tersenyum dengan ringan. "Bencana sudah di depan mata pun masih tidak tahu apa – apa.” "Sangat menyedihkan!"

Hendra merasa kesal lalu dengan marah berkata, "Apa maksudmu?"

"Bencana didepan mata apa?"

"Kau mau menakutiku?"

"Apa? Memangnya kau masih mau cari orang untuk menghabisku dengan diam-diam?"

"Aku kasih tahu yah, aku sama sekali tidak takut kepadamu!"

"Kalau kau merasa dirimu hebat, sini cari aku. Kalau kau bisa mengalahkan aku maka aku akan mengganti margaku menjadi margamu!"

IC

Reva mengerutkan keningnya lalu dengan sungguh-sungguh dia berkata, "Aku rasa hidupmu tidak akan lama lagi, oleh karena itu aku tidak mau terlalu perhitungan denganmu." "Tetapi, sebagai seorang dokter aku masih harus memperingatimu."

"Sehari sakit tiga kali di bagian otakmu itu sama sekali bukan pertanda yang baik."

"Kalau kau tidak mengobatinya dengan benar dan tepat waktu, maka dalam tiga hari kau pasti akan mati!"

Previous Chapter

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report