Menantu Dewa Obat -
Bab 639
Menantu Dewa Obat
Bab 639
Setelah lelaki tua itu selesai berbicara lalu dia mengeluarkan segepok uang dengan gemetaran dari sakunya.
Devi meliriknya dan mengerutkan kening, lelaki tua ini punya banyak uang di tangannya.
Kedua orang ini tidak miskin tetapi mengapa mereka masih melakukan penipuan seperti ini kepada orang lain? Sehingga membuat Devi semakin merendahkan pria itu.
Pada saat ini, tiba-tiba si pria berseru sambil menahan si pria tua itu.
"Pa, apa yang kau lakukan?"
"Atas dasar apa kita harus membayar?"
"Apa... apa yang sudah aku lakukan?"
"Apa karena dia bilang aku menipu lalu aku sudah pasti menipu?"
Teriak pria itu dengan kencang.
Devi merasa kesal. "Beraninya kau bilang bahwa kau tidak menipu?"
"Aku kasih tahu yah di dalam toko ini ada kamera CCTV. Bagaimana kalau kita lihat rekaman video CCTVnya saja!"
#
5 mutiara
"Atau, apa sebaiknya aku telepon polisi saja? Biar polisi yang menyelesaikan masalah ini saja, oke?"
Pria itu tampak ragu-ragu sejenak lalu menundukkan kepalanya dan tidak berani berbicara lagi.
Begitu si lelaki tua ini melihat situasinya dia langsung mengerti.
Sambil menunjuk ke putranya dengan sedih dia berkata, "Kau... kau benar-benar telah membuat aku kecewa!"
"Bagaimana aku bisa membesarkan anak sepertimu!"
"Haihh, nona, maaf, maaf, ini semua salahku."
"Aku punya uang. Aku akan mengganti uangmu. Aku akan mengganti uangnya atas namanya..."
Kemudian lelaki tua itu mengeluarkan uangnya dengan gemetar tetapi langsung dicegah oleh si pria itu. "Pa, uang ini tidak bisa kau berikan kepadanya!" "Ini adalah uang penyelamat hidupmu!"
Orang tua itu tampak sangat marah, "Kalau uang penyelamat hidupku itu kau dapatkan dengan cara menipu, aku... aku lebih baik mati saja!"
Setelah lelaki tua itu selesai berbicara, dia langsung melemparkan setumpuk uang itu dan pergi
dengan marah.
Pria itu buru-buru mengambil uang yang berserakan di lantai.
Ekspresi Devi penuh penghinaan. "Orang sepertimu benar-benar tidak punya hati nurani!"
"Kau lihat bagaimana kau telah membuat ayahmu begitu marah!"
"Apa kau tidak merasa malu masih berani memungut uangnya disini.
Pria itu tidak berbicara. Dia memungut semua uangnya kemudian duduk dan mulai makan kwetiawnya.
Devi merasa semakin kesal lagi, dia menunjuk pria itu sambil memaki.
Hingga dia berteriak hendak memanggil polisi kemudian Reva datang untuk menghentikannya.
"Sudahlah, ini hanya masalah sepele, untuk apa diributkan!" ujar Reva dengan lembut.
Devi menjadi cemas. "Reva, sebenarnya kau kenapa sih?"
"Apa ini masalah sepele?"
"Kau... kau tidak seperti ini sebelumnya!"
"Ooh, kalau itu berhubungan dengan orang-orang di sekitarmu maka kau akan mengurusi semua urusan mereka. Tetapi kalau orang-orang itu tidak ada hubungannya denganmu, maka kau tidak mau peduli!" "Aku benar-benar sudah salah menilaimu. Aku pikir kau benar-benar seorang yang baik dan berjiwa besar. Bagaimana kau bisa begitu egois?"
Orang-orang di sekitar mereka juga ikut berbisik, "Gadis ini benar-benar seperti seorang pendekar wanita!"
"Yah, ada beberapa gadis yang berani dan mirip seperti dia."
"Pria yang bernama Reva ini sama sekali tidak pantas untuknya!"
"Sama sekali tidak ada rasa tanggung jawabnya. Laki-laki macam apa itu!"
Semua orang terus menghinanya dan berharap Devi akan langsung menendang Reva.
Reva tidak peduli. Dia mengibaskan tangannya dan berkata, "Sudah, sudah. Apa kau sudah selesai makannya?"
"Kalau sudah selesai makannya, ayo kita kembali kerja!"
Devi menatap pria yang masih terus melahap kwetiawnya sehingga membuatnya menjadi lebih kesal. "Tidak bisa, hari ini aku harus menyelesaikan masalahnya!" "Ayahmu sudah pergi. Apa kau masih tidak merasa malu untuk tetap makan di sini?"
"Kau ini manusia apa bukan sih?"
"Seharusnya orang sepertimu masuk penjara saja!"
"Aku akan menelepon polisi sekarang!" Dengan wajah galak Devi mengambil ponselnya dan hendak memanggil polisi.
Akhirnya Reva tidak tahan lagi, dia merebut ponselnya dan berkata, "Kau jangan berbuat onar lagi!"
Devi sangat marah. "Reva, bagaimana kau bisa seperti itu?"
"Kau sendiri tidak mau peduli tetapi kau juga mencegah orang lain untuk ikut campur. Apa kau masih punya hati nurani?"
Reva meliriknya dan berkata dengan serius, "Devi, apa kau benar-benar mengira bahwa yang kau lihat itu semuanya benar?”
"Tidak semua hal - hal di dunia ini sesuai dengan apa yang kita lihat."
"Terkadang ada beberapa hal yang kau bahkan tidak tahu alasan dibalik mereka melakukannya. Kau tidak punya hak untuk menghakimi orang lain!"
Devi tidak terima dengan ucapan Reva. "Reva, kau bilang aku tidak melihat keberanannya? Kalau begitu beritahu aku, apa salahku?"
"Aku tidak percaya. Aku sudah menangkap seorang penipu masa iya aku salah?”
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report