Bab 795

Axel hampir gila dibuatnya.

Masalah sebesar ini setidaknya dimulai dari satu juta dolar.

Tetapi keluarga kalian hanya mau mengeluarkan 20.000 dolar?

Ini sih namanya sama sekali tidak mau bertanggung jawab!

Jelas mereka sama sekali tidak mau mengeluarkan uang apapun.

Meski dikatakan sebelumnya bahwa mereka akan membantu dengan sisanya tetapi itu tidak berarti kami harus mengeluarkan semua biayanya!

Sejujurnya, kali ini keluarga Shu disadarkan lagi.

Sikap keluarga Sumarno yang tidak tahu malu ini benar-benar di luar imajinasi mereka.

Anissa tampak tak berdaya: "Nara, bukannya tante ketiga tidak mau mengeluarkan uang tetapi ini karena keluarga kami benar-benar sedang tidak punya uang." "Kami baru saja membeli rumah jadi uangnya sudah habis untuk rumah itu."

"Saat pulang ke Jakarta kali ini, aku telah membeli banyak barang dan menghabiskan banyak uang juga."

"20.000 dolar adalah uang yang tersisa di dalam keluarga kami.”

"Kalau kami berikan kepadamu maka bulan ini, kami... kami tidak ada uang untuk makan lagi!"

Untuk sejenak Nara merasa kepalanya sakit. Ini kan bukan sedang ajang berdrama, untuk apa dia berkata seolah-olah sangat menyedihkan seperti itu?

Setiap hari anak-anaknya selalu berfoya-foya di luar sana dan sekarang dia bilang dia tidak punya uang?

"Tante ketiga, ini... ini terlalu sedikit!" ujar Nara dengan tak berdaya.

Dengan cemas Vivi berkata, "Kakak sepupu, kalau kita benar benar ada uangnya masa kita tidak mau mengeluarkannya?"

"Kami... kami benar-benar tidak punya uang."

"Tante kedua, kau tidak akan membiarkan keluarga kami mengemis makanan di jalanan, kan?"

Dengan cepat Alina berkata, "Tenang saja, nak. Masih ada tante keduamu."

"Aduhh, Nara, bisa... bisa tidak sih kau membuat aku tenang sedikit?"

"Perusahaan sebesar milikmu itu setidaknya pasti punya aset 10 hingga 20 milyar, kan? Apa artinya uang satu juta?"

"Dan juga perusahaan konstruksinya Reva juga ada begitu banyak uang ditambah lagi dengan perusahaan

bahan obat juga sama-sama ada begitu banyak uang.

"Ini kan hanya satu juta saja. Kenapa kau begitu perhitungan sekali?"

Nara berkata dengan cemas: "Ma, ini... ini bukan tentang jumlah uangnya, tetapi tentang sikapnya!"

Alina langsung marah: "Ucapanmu sangat benar. Ini memang masalah sikap!"

"Aku lihat sikapmu itu memang tidak benar!"

"Kau lihat saja bagaimana cara kau memperlakukan tante ketiga dan sepupumu!"

"Baku kasih tahu yah, kau benar-benar sudah sangat keterlaluan!"

Nara sangat marah hingga kepalanya terasa sakit tetapi dia tidak punya pilihan lain selain mengibas - ngibaskan tangannya. "Oke, oke, oke. Terserah kau saja.” "Sudahlah, aku yang akan mengumpulkan uangnya."

"Aku tidak ingin uang 20.000 kalian lagi, oke?"

Alina tersenyum dengan bahagia. "Aihh Nara, terima kasih banyak."

"Tidak sia-sia tante ketiga menyayangimu!"

Nara sama sekali tidak ingin mendengar ucapan seperti ini lagi.

Reva berkata: "Pengacara Finner, tolong bantu tangani untuk masalah selanjutnya."

"Berapa banyak uang yang diperlukan nantinya kau langsung beritahukan kepada kami saja."

Pengacara Finner langsung berkata dengan hormat, "Tuan Lee, serahkan saja masalah ini kepadaku. Kau tak perlu khawatir."

Reva mengangguk sambil tersenyum: "Terima kasih pengacara Finner!"

Pengacara Finner tersanjung lalu dengan cepat berkata, "Tuan lee, jangan sungkan."

"Merupakan suatu kehormatan bagiku untuk membantumu!"

Pengacara Finner kemudian pergi. Anissa tampak terkejut: "Reva, kenapa pengacara ini bersikap begitu sopan kepadamu?” "Apa kalian sangat akrab?"

Reva berkata: "Ooh, dia itu temannya temanku."

Anissa tidak bertanya lagi. Dia hanya berkata dengan terburu-buru, "Reva, kau harus meminta dia berusaha dengan keras."

"Jayden tidak boleh masuk penjara, apa kau paham?”

"Jayden adalah harapan keluarga kita. Dia selalu menganggap Nara sebagai kakak perempuannya. Kau adalah kakak iparnya jadi kau harus melindunginya!" Reva tidak bisa menjawab karena masalah ini tidak sesederhana itu.

Vivi tersenyum dan berkata, "Ma, kau tenang saja."

"Kakak sepupu sudah berjanji untuk membantu jadi semuanya pasti akan baik-baik saja!"

"Dia kan seorang CEO besar. Kalau masalah seperti ini saja dia tidak bisa menanganinya, apa dia tidak merasa malu kalau sampai orang lain tahu?"

Nara menghela nafas dalam - dalam. Dia benar-benar khawatir kalau dia tidak bisa menahan dirinya untuk menampar Vivi.

Sudah sampai seperti ini pun, wanita ini masih saja sangat suka menggunakan strategi sindiran untuk berbicara dan ini benar-benar membuatnya geram!

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report