Bab 933

Alina mengibaskan tangannya dan berkata, "Kau tidak perlu meminta maaf."

"Ucapanku masih tetap sama, aku tidak punya uang!"

"Biarpun aku punya uang juga aku tidak akan mempedulikan masalahnya ini!"

"Aku sudah memberitahu Jayden berkali-kali tetapi dia sama sekali tidak mau mendengarkan kata kataku."

"Jadi dia memang pantas mendapatkan semua ini sekarang!"

Setelah selesai berbicara lalu Alina membalikkan badannya dan pergi dari sana. Dia sama sekali tidak mempedulikan mereka berdua lagi.

Anissa bun buru mengejarnya dan mencoba untuk menghentikan Alina.

Tetapi pada saat ini, Alina sudah masuk ke dalam kompleks sehingga Anissa langsung dicegat oleh beberapa satpam.

"Kak, kak, kau bantulah aku, tolong selamatkan Jayden!"

"Kak, aku benar-benar tak berdaya, aku hanya punya kau sebagai saudaraku!"

"Tolong kau selamatkan Jayden. Dia adalah keponakanmu!"

"Kalau sampai terjadi sesuatu dengannya, aku juga tidak mau hidup lagi!"

"Kak, apa kau ingin melihat aku mati di hadapanmu?"

"Alina! Alina! Bagaimana kau bisa begitu kejam? Kau benar-benar sangat keji, kau..."

Anissa menjerit dan berusaha meronta serta merisuh. Awalnya dia masih berseru sambil memohon tetapi selanjutnya dia sudah mulai memaki.

Dia memaki terus hingga sosok Alina tampak menghilang ke dalam kompleks. Setelah itu Anissa merosot ke tanah dan menangis dengan sejadi-jadinya.

Vivi berjalan menghampiri lalu dengan wajah marah dia mengutuk, "Ma, ini yang kau namakan keluargamu?"

"Ini adalah kakak kandungmu sendiri!"

"Kau lihat saja semua yang telah dia lakukan ini. Apa masih ada rasa dan kasih sayang keluarga?"

"Heh, bisa bisanya kau memperlakukan orang seperti ini dengan baik di waktu dulu? Aku rasa kau benar-benar sudah gila!"

"Bangunlah, kita tidak akan memohon lagi kepadanya!"

Anissa merosot ke tanah, "Kalau tidak memohon kepadanya, lantas harus bagaimana?"

"Adiku... adikmu pasti akan dihukum..."

"Kompensasi yang harus dibayar juga begitu banyak, kita harus bagaimana?"

Vivi menghela nafas dengan kecewa lalu merosot di samping Anissa.

"Aku belum pernah melihat saudara seperti itu!"

"Orang macam apa dia itu?"

"Keluarganya sangat kaya. 20 juta dolar ini hanya seperti uang saku bagi mereka."

"Tetapi nyawa keponakan sendiri pun tidak dipedulikannya. Saudara macam apa ini?"

Vivi menggettakkan giginya dan memaki dengan marah.

Namun, tidak peduli bagaimana mereka memakinya tetap saja tidak ada orang yang memperhatikan mereka.

Pada akhirnya, mau tak mau keduanya bangkit lalu dengan sambil saling memapah lalu keduanya pergi dari sana.

Saat Alina pulang ke rumah, Axel langsung bertanya, "Bagaimana?”

"Bagaimana kau mengatakannya?"

Alina tidak menjawab. Dia hanya berbaring di tempat tidur tanpa mengucapkan sepatah

katapun.

Axel merasa kesal: "A

sedang bertanya kepadamu. Apa kau tidak dengar?"

"Apa yang terjadi sebenarnya?"

"Kau.... kau tidak hendak membantu mereka lagi, kan?"

"Bangunlah dan katakan

dengan jelas."

Keduanya lalu mulai berdebat

melerai mereka.

ian Nara dan Hana segera bergegas menghampiri untuk

Nara menanyakan hal yang barusan terjadi lalu Alina menceritakan semua yagn baru saja

menceritakan semua

terjadi tadi.

Setelah mendengarkan ceritanya, semua orang di ruangan itu langsung tercengang.

Hana adalah orang pertama yang memaki: "Aku... aku benar-benar belum pernah melihat ada orang yang begitu tidak tahu malu!"

"Tadi pagi dia baru saja menggugat kita di pengadilan tetapi sorenya malah langsung mencari kita untuk meminta 20 juta dolar itu kepada kita!"

"Sebenarnya mereka merasa malu atau tidak? Apa mereka benar benar tidak punya urat

malu?"

Axel menggebrak mejanya dan berkata, "Keliuarga ini memang bajingan berguna!"

bajingan tak

"ucapan seperti in pun bisa mereka ucapkan. Mereka benar benar tidak tahu malu!"

"Selama beberapa tahun ini mungkin mereka sudah pergi berlatih untuk menebalkan kulitnya pada saat di luar negri!"

Nara juga menghela nafas, kejadian ini benar-benar membuat dia memahami ulang tentang perangai dan karakter keluarga Sumarno.

Keluarga Sumarno ini benar-benar tidak tahu malu dan bahkan rasa tak tahu malunya sudah mencapai level tertinggi!

Keesokan harinya begitu Nara dan Reva keluar, mereka bertemu dengan Anissa dan Vivi yagn sedang berjongkok di depan pintu gerbang.

Vivi segera bergegas maju untuk menghentikan mobil Nara lalu berteriak dengan keras, "Nara, suruh mama-mu keluar untuk bertemu dengan kami!" "Apa dikiranya masalah ini akan beres kalau dia bersembunyi?"

Nara mengerutkan keningnya, "Vivi, apa kau sakit?"

"Apa hubungannya masalah ini dengan mamaku?"

"Enyahlah kau dari sini, kalau tidak aku akan memanggil polisi!"

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report