Bab 983

Dengan lembut Reva berkata, "Tante, kalau kau tidak memberitahu mamaku tentang hal ini hanya kan membuatnya merasa diasingkan!"

"Kalian ini saudara kandung, kalau kau sama sekali tidak memberitahuka apa apa kau masih menganggapnya sebagai kakak perempuanmu?"

"Sudahlah, kau istirahat dulu saja disini."

apa kepadanya,

"Untuk masalah lainnya biar aku saja yang membantumu karena bagaimanapun juga aku adalah dokter di rumah sakit ini!"

Joyce hendak menolaknya namun dia langsung dibawa ke bangsal oleh beberapa perawat.

Devi menghampiri dengan ekspresi bingung, "Ya Tuhan, kak Reva, dia... dia ini tantemu?"

Reva: "Tantenya Nara, adik kandung dari mama mertuaku!"

Devi tercengang: "Ternyata masih saudaramu sendiri. Aku benar-benar tidak menyangka."

"Wanita yang barusan aku ceritakan kepadamu itu yah dia!"

"Putrinya baru saja merusuh disini. Dia berkata bahwa dia tidak punya uang untuk makan lagi dan tidak bisa pergi ke sekolah...".

"Makanya, dia langsung meminta untuk keluar dari rumah sakit agar bisa bekerja."

"Haib, wanita ini nasibnya benar

benar buruk!"

Reva menghela nafas. Tante kecilnya ini memang sangat keras kepala. Tidak peduli bagaimana sulitnya keadaan dirinya tetap saja dia tidak akan pernah meminta bantuan orang lain.. Semakin dia seperti itu justru membuat orang lain semakin mengaguminya!

Reva yang sudah tahu tentang hal ini, bagaimana mungkin bisa mengabaikannya?

Lalu dia segera menelepon Nara dan Nara langsung menelepon Alina.

Dalam waktu kurang dari setengah jam, Alina dan Nara sudah sampai di rumah sakit.

Begitu keduanya sampai di sini, mereka langsung bertanya dengan gugup, "Reva, tantemu ada di bangsal yang mana?"

"Ba.. bagaimana kondisi dia sekarang?"

Reva membawa mereka berdua ke bangsalnya.

Begitu Alina melihat Joyce, dia langsung menangis

Ini adalah adik kecilnya, meskipun sudah lama tidak bersama dengannya namun adiknya yang kecil ini memang yang paling disayang. Alina adalah anak kedua dalam keluarganya dan dia selalu sayang sekali kepada adik kecilnya

ini.

Hanya saja, beberapa tahun ini kehidupannya juga tidak terlalu baik sehingga dia tidak bisa membantu Joyce.

Sekarang begitu dia melihat adiknya sendiri berada dalam kondisi seperti ini membuat dia merasa sangat tidak nyaman sekali di dalam hatinya. Alina bergegas menghampiri sisi tempat tidurnya untuk memeluk Joyce dan mulai menangis, "Joyce, kenapa... kenapa kau begitu ceroboh?" "Kenapa kau tidak menelepon aku ketika mengalami hal seperti ini?"

"Apa... apa kau tidak menganggap aku sebagai kakakmu?"

Joyce memeluk Alina dan langsung menangis.

Semua rasa sedih dan derita yang dirasakannya untuk beberapa hari terakhir ini langsung diluapkan semuanya.

Nara yang berdiri di samping menunjukkan wajah muram, "Reva, apa yang telah terjadi

sebenarnya?"

"Mengapa tante bisa terluka hingga seperti ini?"

Reva menceritakan kembali apa yang diketahuinya dari Devi kepada Nara.

Setelah Nara mendengarkan ceritanya, hampir saja dia kehilangan kesabarannya.

"Apa?"

"Bagai bagaimana Vanni bisa melakukan hal seperti itu?"

"Anak ini, kenapa dia bisa menjadi seperti ini?"

Setelah mendengarkan hal ini Alina juga merasa kesal.

"Ada apa sebenarnya dengan anak ini?"

"Apa yang ada di dalam kepalanya itu?"

"Mamanya sendiri ditabrak oleh orang yang membawa motor dan dia sama sekali tidak terpikir

untuk memanggil polisi?"

"Jangankan memanggil polisi, dia... dia bahkan sama sekali tidak mau datang ke rumah sakit untuk menjaganya. Sebenarnya apa yang dia pikirkan?"

Joyce melambaikan tangannya, "Kakak kedua, kau juga jangan salahkan Vanni."

"Sebenarnya, aku tidak menyalahkannnya atas masalah ini. Pada... pada saat itu aku yang sudah tidak menjaga gengsinya."

"Mereka sedang berkumpul dengan teman-temannya dan aku mengatakan sesuatu yang buruk sehingga membuat teman-temannya marah karena kehilangan gengsinya." "Haihh, semua ini salahku..."

Alina langsung berkata dengan marah, "Joyce, apa yang kau katakan itu?"

"Bagaimana masalah ini bisa menjadi salahmu?"

"Apa? Dia yang hanya seorang perempuan dan tinggal bersama dengan seseorang di luar sana malah menjadi orang yang benar?"

"Selain itu, kau ini mamanya jadi sudah seharusnya kau mendidiknya."

"Meskipun yang kau katakan itu salah namun paling

paling dia hanya akan membantahmu saja. Namun, orang-orang itu sudah menabrakmu dengan motor. Apa - apaan itu?

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report