Bab 174 Hotel Bemollo

Seketika itu pula, aura membunuh yang kuat terpancar keluar dari tubuh Ardika.

Merasakan aura menakutkan itu, wajah Desi dan Handoko langsung berubah

menjadi pucat pasi.

Mereka baru pertama kali melihat Ardika begitu menakutkan.

“Kak, apa yang terjadi?” tanya Handoko.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Ardika langsung berbalik dan masuk ke

dalam mobil..

Kemudian, dia segera menelepon Draco dan berkata, “Cepat suruh Wolf membawa pasukannya ke sana dan blokade Hotel Bemollo secepat mungkin!”

Selesai berbicara, dia langsung memutuskan sambungan telepon. Dengan iringan deru mesin yang keras, mobilnya langsung melesat menuju ke Hotel Bemollo,

“Keluarga Hamdani, kalau sampai terjadi sesuatu pada istriku, nyawa seluruh keluarga kalian akan melayang!”

Di Hotel Bemollo, di sebuah kamar mewah lantai paling atas, begitu Luna memasuki kamar, dia langsung melihat seorang pria muda yang sedang duduk di sofa sambil

menyesap anggur.

Pandangan pria itu tertuju padanya, mengamatinya dari atas ke bawah.

Begitu dia memasuki kamar tersebut, sorot mata pria itu langsung memancarkan gairah, seolah-olah ingin melepaskan semua pakaiannya saat itu juga!

Perasaan tidak nyaman langsung menyelimuti hati Luna secara refleks.

Dia bertanya, “Tuan Renaldi, kenapa kamu tiba-tiba mengubah tempat pertemuan kita dari restoran lantai bawah ke sini?”

“Aku dengar orang-orang mengatakan Nona Luna adalah wanita yang terkenal cantik di seluruh Kota Banyuli. Hari ini, setelah bertemu denganmu ternyata memang nggak mengecewakan!”

Renaldi menggoyangkan gelas anggurnya, lalu tersenyum dan berkata, Tempat ini

adalah tempat tertinggi di Hotel Bemollo. Berada di sini, kamu bisa melihat seluruh

Kota Banyuli. Nona Luna, apa kamu nggak suka sensasi seperti ini?”

Selesai berbicara, dia melambaikan tangannya ke arah pintu.

“Kalian berdua keluar dulu, sekalian tutup pintunya dengan baik. Aku ingin bicara

empat mata dengan Nona Luna.”

Dua orang preman yang dibawa oleh Luna ke sini tentu saja tahu apa isi pikiran

Renaldi. Mereka langsung menggelengkan kepala mereka dan berkata, “Nggak bisa.

Kami harus memastikan keselamatan Nona Luna!”

“Berada di wilayah kekuasaanku, Nona Luna pasti aman.”

Kemudian, ekspresi Renaldi berubah menjadi muram. “Keluar sekarang juga!”

Dua orang preman itu tetap mematung di tempat.

Romi sudah memberikan perintah tegas kepada mereka. Apa pun yang terjadi,

mereka harus memastikan keselamatan Nona Luna.

Tiba-tiba, seorang pria kurus muncul di belakang mereka dan menyerang kedua preman itu dengan gagang pisau. Seketika itu pula, kedua orang preman itu langsung tergeletak di lantai dan tidak sadarkan diri.

Kemudian, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, pria itu membungkuk dan

menarik satu kaki dari masing-masing preman itu, lalu menyeret mereka keluar dan

menutup pintu dengan rapat.

“Dasar nggak tahu diri.’

||

Renaldi mendengus, lalu tersenyum dan berkata, “Oke, Nona Luna, sekarang kita

hanya berduaan di sini.”

“Renaldi, apa maumu?!”

Luna merasa terkejut dan marah pada saat bersamaan, dia sudah tahu niat buruk

Renaldi.

Renaldi hanya tertawa. Tiba-tiba, dia melemparkan ponselnya ke hadapan Luna dan

7.4

berkata, “Nona Luna silakan lihat sendiri.”

Luna berjalan mendekati ponsel itu. Saat ini, layar ponsel sedang memutar sebuah

video.

Handoko sedang berlutut dan terus ditampar oleh orang-orang, sampai-sampai

sudut bibirnya sudah mengeluarkan darah.

“Handoko!”

Ekspresi Luna langsung berubah drastis, hatinya seperti teriris-iris pisau.

“Nona Luna, kita sama-sama adalah pria dan wanita yang memiliki paras sempurna. Jadi, aku langsung berterus terang saja. Aku menyukai Nona Luna dan ingin menjalin hubungan yang intim denganmu. Selama kamu bersedia, aku akan menghubungi anggota Keluarga Unima untuk melepaskan adikmu.”

Melihat wajah wanita yang makin emosi malah makin cantik itu, Renaldi merasa dia

pasti bisa menaklukkannya.

Luna melangkah mundur satu langkah secara refleks. Dia menatap Renaldi dengan tatapan tajam dan berkata, “Jangan bermimpi! Suamiku sudah pergi ke kediaman Keluarga Unima. Dia sudah bilang padaku dia akan membawa adikku pulang.” D

“Nona Luna, apa kamu merasa aku terlalu mudah dibohongi atau kamu yang terlalu

naif?”

Renaldi langsung tertawa terbahak-bahak dan berkata, “Berani sekali suami pecundangmu itu pergi ke kediaman Keluarga Unima dan meminta mereka menyerahkan adikmu padanya. Sepertinya sebelumnya aku sudah

meremehkannya. Tapi sekarang, orang di bawah kendaliku sudah bertambah satu orang lagi. Kalau kamu nggak menyetujui keinginanku, aku akan meminta anggota Keluarga Unima untuk membunuh suamimu sekarang juga!”

“Jangan!”

Luna buru-buru berteriak dengan keras. Saking paniknya, suaranya sampai

terdengar serak.

Renaldi yang duduk di atas sofa langsung melepaskan kemeja putih yang dikenakannya dan menunjukkan tubuh bagian atasnya yang kekar.

Kemudian, dia menepuk pahanya sambil tersenyum dan berkata, “Kalau begitu, kemarilah. Aku suka wanita yang agresif ….”

BIG SALE: 1250 BONUS FREE FOR YOU!

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report