Bab 770

Nara cemas: "Ma, ini bukan masalah sepele."

"Mengemudi tanpa SIM dan ngebut seperti itu benar-benar sangat membahayakan keselamatan lalu lintas."

"Begitu tertangkap mungkin dia akan berakhir di penjara!"

Alina tertegun sejenak: "Apa.. apa akan segawat itu?"

Dengan marah Nara berkata, "Menurutmu?"

"Apalagi, dia begitu ceroboh saat membawa motor

"Kalau sampai terjadi sesuatu, itu juga akan bahaya untuk dirinya!"

Alina menggaruk kepalanya: "Oke, kalau begitu aku akan menelepon tante ketigamu dan memberitahukannya.

Alina berjalan ke sofa sambil mengeluarkan ponselnya lalu menelepon Anissa.

Keduanya mengobrol lama sebelum akhirnya Alina mengatakan hal mengenai Jay tadi.

Tetapi akibatnya, Anissa hanya tersenyum dan berkata, "Ooh, membawa motor yah? Tidak masalah."

"Keahlian mengemudikan motor cukup bagus. Dulu waktu di luar negeri, dia sering pergi dengan membawa motor."

"Tidak masalah, kau jangan terlalu khawatir mengenai hal itu."

Alina berkata, "Tetapi, kalau sampai tertangkap itu melanggar hukum namanya."

Anissa tersenyum dan berkata, "Aduhh, ini hanya masalah sepele saja. Memangnya dia masih akan dihukum seberat apa?

"Anak-anak memang suka bermain!"

"Dulu waktu kami di luar negeri juga tidak pernah terjadi apa-apa."

"Kau juga tahu bahwa di luar negeri mereka lebih ketat lagi tetapi buktinya semuanya baik-baik saja, kan."

"Dia sudah pulang ke sini cukup lama dan sudah cukup lama juga membawa motornya. Sampai sekarang juga tidak terjadi apa apa, kan?"

Alina menghena nafas lega: "Baguslah, kalau tidak terjadi apa-apa."

Setelah menutup teleponnya, Nara menatapnya dengan kesal: "Hanya begitu saja, ma?"

"Dia bilang tidak apa-apa lalu berarti tidak apa-apa?"

Alina berkata, "Aihh, si Jay kan putra tante ketigamu. Pasti tante ketigamu akan lebih mengkhawatirkannya daripada kita."

"Kau tenang saja, kalau tante ketigamu bilang tidak apa-apa yah itu berarti tidak apa-apa!"

Nara sangat marah: "Ma, kalian manjakan terus saja dia!"

"Oh yah, aku akan kasih tahu dulu di awal yah."

"Kalau sampai terjadi sesuatu, aku tidak akan mau peduli. Jangan datang untuk mencariku!"

Setelah mengatakan itu, Nara bergegas naik ke atas dengan marah.

Dengan marah Alina berkata: "Aduuh, anak ini, bagaimana cara kau berbicara?"

"Dia itu adik sepupumu. Bagaimana caranya kau bisa bersikap seperti itu kepadanya?"

"Apa kau lupa bagaimana tante ketigamu memperlakukanmu ketika kau masih kecil..."

Nara menutup pintu kamarnya. Dia terlalu malas untuk mendengarkan kata-kata ini lagi.

Dalam beberapa hari terakhir ini dia merasa telinganya sudah mau kapalan.

Reva sedang duduk di kamar dan saat melihat ekspresi Nara, dia tidak bisa menahan tawanya: "Ada apa? Mama tidak mau mendengar saranmu lagi?"

Nara tampak tak berdaya: "Mereka berdua terlalu memanjakan Jayden."

"Kalau begini terus, cepat atau lambat pasti akan terjadi sesuatu padanya!"

Reva berkata dengan lembut: "Kedua anak ini terlalu egois."

"Mereka tidak akan menuruti apa yang kau katakan."

"Kecuali mereka sudah ketemu dengan batunya baru mereka tidak akan macam-macam lagi di kemudian hari."

Dengan cemas Nara berkata, "Tetapi kalau sampai terjadi apa-apa dalam masalah ini, itu bukan main main."

Reva mengangkat bahunya: "Lalu apa yang bisa kau lakukan?"

"Kedua orangtuanya saja tidak peduli, apalagi yang bisa kau lakukan?"

Nara juga merasa tak berdaya.

Tante dan paman ketiganya sama sekali tidak mempedulikan hal ini, jadi apa yang bisa dia lakukan?

Reva tersenyum dan mendekati Nara: "Sudah, sudah, jangan marah lagi atas masalah ini." "Aku lihat belakangan ini kau sangat mudah tersinggung dan marah."

Dengan marah Nara berkata, "Di rumah ada dua orang anak manja seperti mereka, apa kau tidak merasa kesal?"

"Aku masih harus melayani mereka sepanjang hari. Sekarang hanya melihat mereka saja, aku sudah merasa kesal!"

Reva tersenyum dan berkata, "Kalau kau tidak ingin melihat mereka, bagaimana kalau kau kabur saja denganku?"

Nara memutar matanya ke arahnya: "Kabur apanya?"

"Beberapa waktu lalu saat aku bilang mau pergi, kau malah tidak mau pergi."

"Sekarang kau malah bilang mau kabur? Memangnya mau kemana?"

Reva tersenyum dan berkata: "Taman Dragon Lake!"

"Bukannya aku sudah pernah memberitahumu kalau aku punya rumah di sana!"

Nara tidak bisa menahan senyumnya: "Oke, oke, aku tahu kau punya rumah di sana."

"Kalau begitu lain kali kita cari waktu untuk bersiap-siap dan kabur, oke?"

Tetap saja Nara merasa bahwa Reva sedang bercanda dengannya.

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report