Menantu Dewa Obat -
Bab 1006
Bab 1006
Di depan pintu, Agus juga langsung menghentikan gerakannya dan tampak bersemangat.
Asalkan orang-orang dari keluarga Park sudah datang maka dia pasti akan diselamatkan!
Pada saat ini, Reva langsung menoleh dan melihatnya: "Memangnya aku sudah menyuruhmu berhenti?"
Air muka Agus langsung berubah lalu dengan cepat dia menampar mulutnya lagi.
Namun matanya menatap dengan penuh kebencian. Dia juga sedang menunggu kedatangan kepala keluarga Park!
Johnson meletakkan teleponnya, "Pa... papaku akan segera datang!"
Reva mengangguk dengan puas, "Oke, kalau begitu mari kita lanjutkan."
"Johnson, aku dengan dulu ada seorang pemuda yang kau lempar dari lantai atas sini. Apa benar ada masalah seperti itu?"
Johnson langsung berkata, "Omong kosong!"
"Dia terpeleset dan jatuh sendiri!"
Reva tersenyum, "Benarkah?"
"Johnson, kau meremehkan IQ aku!"
"Orang biasa tidak akan bisa naik ke ruanganmu ini jadi bagaimana mungkin dia bisa terpeleset dan jatuh dari lantai atas sini?"
"Kau ingin membohongi siapa?”
Sudut mulut Johnson langsung berkedut, dengan suara berat dia berkata, "Memangnya masalah ini ada hubungannya dengan kau?"
"Aku tahu, kau kenal dengan Tiger si penguasa jalan Selatan.”
"Tetapi kau harus ingat, aku adalah anggota keluarga Park. Tiger si penguasa jalan Selatan itu sama sekali tak ada apa-apanya bagi keluarga Park kami!" Vanni juga memelototi Reva dan berkata dengan marah, "Reva, apa kau kira kau adalah pahlawan dari jaman kuno
yang bisa mengurusi semua masalah di dunia?"
"Kalau kau tidak punya kemampuan seperti ini, jangan suka ikut campur dengan masalah orang lain, kalau tidak hati-hati saja nanti malah nyawamu yang hilang!" Reva terbahak kemudian tiba-tiba mengambil whisky di atas meja dan menuangkan semuanya ke tangan Johnson.
Johnson langsung menjerit. Barusan Reva telah memotong dua jari tangannya dan lukanya masih terasa sakit.
Dan saat dia menuangkan anggur keras ini di atas lukanya, rasanya itu sungguh mengerikan!
"Gila! Gila! Kau ini benar-benar orang gila!"
"Papaku tidak akan pernah melepaskanmu! Papaku pasti tidak akan pernah melepaskanmu begitu saja!"
Johnson langsung terkapar di lantai dan meraung dengan kencang.
Reva mendengus dingin lalu tiba-tiba dia bangkit dan berjalan ke sisinya kemudian dia langsung menginjak tangannya yang masih terluka.
"Kau dengarkan aku baik-baik!"
"Aku sudah pasti bukan pahlawan dan aku juga tidak bisa mengurusi semua urusan di dunia!”
"Namun setidaknya aku bisa mengurusi urusan yang ada di depanku saat ini!"
Semua orang di ruangan itu langsung membeku, simpelnya mereka semua terkejut.
Ucapannya ini bagus sekali, dia memang tidak bisa mengurusi urusan di dunia namun setidaknya dia bisa mengurusi urusan yang ada di hadapannya saat ini.
Ucapannya ini saja sudah cukup untuk membuat darah orang bergejolak!
Johnson menarik nafas dalam dalam lalu sambil menggertakkan giginya dia menatap Reva: "Kalau mau mengurusi urusan yang ada di depanmu ini harus ada harga yang dibayar!" Reva mengerutkan bibirnya dengan jijik, "Itu juga tergantung pada keluarga Park kalian, apa kalian cukup
kuat?"
"Sekarang, aku akan memberimu kesempatan.”
"Kalau kau ingin bertemu dengan papamu dalam keadaan hidup maka tuliskan semua hal buruk yang sudah pernah kau lakukan."
"Tentu saja, aku akan meminta orang lain untuk menulisnya juga.”
"Kalau apa yang kau tulis itu tidak sesuai dengan apa yang mereka tulis, hehehe, maka pada saat itu maaf yah..."
"Entah mereka yang mati atau jarimu yang akan dipotong nantinya, kau bisa memutuskan hal itu sendiri!"
Setelah Reva selesai berbicara lalu dia mengeluarkan setumpuk kertas dan beberapa pena dari tubuhnya kemudian melemparkannya ke semua orang-orang itu.
Semua orang melihat pena dan kertasnya dengan ekspresi ragu-ragu dan tidak mau mengambilnya.
1
Reva langsung menghampiri salah seorang pria. "Tulis!"
Pria itu menggertakkan giginya dan mendelik kepadanya, "Aku tidak tahu harus menulis apa!"
"Tuan muda kami tidak pernah melakukan hal buruk!"
Reva mendengus dingin. Dia langsung mengeluarkan janum peraknya dan menusuk punggungnya.
Tubuh pria itu langsung mengejang seolah-olah semua otot di tubuhnya kejang - kejang.
Dia terjatuh di lantai, mulutnya berbusa dan berteriak, "Tolong, tolong aku..."
"Ampuni aku..."
Ini adalah semacam siksaan yang digunakan pada jaman dahulu. Siksaan yang dapat menyebabkan kram di sekujur tubuh dan rasa sakitnya itu sangat tak tertahankan sehingga orang biasa benar-benar tidak akan
bisa menanggungnya.
Reva mengeluarkan jarum peraknya dan pria itu langsung normal kembali.
Dia terengah - engah untuk waktu yang cukup lama sambil menatap Reva dengan ketakutan. Kejadian barusan yang sangat singkat itu telah membuatnya merasa bahwa lebih baik mati saja daripada tetap hidup.
"Mau tulis atau tidak?"
If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report