Bab 1994 Nyawa Dibayar Nyawa

Dewi tahu bahwa dia sekarang berada dalam situasi yang sulit, kecuali dia dan Denny mencapai kesepakatan, atau salah satu dari mereka mati, dendam ini baru akan berakhir.

Jika tidak, anak-anak dipanti asuhan akan berada dalam bahaya....

Bibi Lauren dan Paman Joshua juga takutnya akan ikut terlibat.

Jadi, sekarang Dewi harus menghadapinya dengan berani.

Memikirkan semua ini, Dewi segera berjalan ke sana dan masuk ke dalam mobil.

"Kamu benar-benar tidak takut mati ya!"

Denny menatapnya, kemudian menyalakan mobil dan pergi.

"Aku tidak ingin mati dan juga tidak akan membiarkanmu menyakiti anak-anak itu." Dewi bersikap sangat tenang, "Ada apa-apa tujukan semua padaku, jangan sentuh mereka."

"Hehe, kamu benar-benar orang yang baik ya." Denny tersenyum dingin, "Aku sungguh penasaran, kenapa kamu mau membangun beberapa panti asuhan itu."

"Karena aku yatim piatu, aku ingin melakukan sesuatu untuk anak-anak yang tidak punya orang tua." Dewi menjawab dengan singkat, "Sesederhana itu."

"Perkataan ini terdengar tidak asing." Denny tersenyum mengejek, "Ayah angkatku pernah mengatakan hal yang sama pada kami, tapi dia melatih kami untuk menjadi pembunuh dan melayaninya! Di kehidupan ini, hingga mati, kami tidak mungkin lepas dari genggaman tangannya.

Mendengar ucapan ini, hatinya pun bergetar, dia tidak menyangka, Denny sebenarnya juga terpaksa menjadi pembunuh, dia juga ingin membawa anaknya dan pensiun, tetapi organisasi itu tidak mau melepaskannya.

"Panti asuhan yang kulihat, tidak ada satupun yang benar-benar bertujuan baik." Denny berkata dengan dingin, "Kalau bukan di latih untuk berbuat jahat, maka di ambil organnya untuk di jual........” "Milikku tidak seperti itu." Dewi tidak setuju.

"Tidak penting, aku juga bukan utusan keadilan, aku tidak tertarik pada panti asuhanmu yang bermasalah atau tidak itu." Denny berkata, "Aku hanya ingin membalaskan dendam Tania."

"Kalau kamu ingin balas dendam, balaskan saja padaku." Dewi memelototinya, "Anak-anak itu sama dengan Tania, sama-sama tidak bersalah, kamu jangan sakiti mereka."

"Kamu masih berani menyebut Tania?" Mendengar nama anaknya, mata Denny tiba-tiba menjadi ganas, "Kalau bukan karena kamu, dia tidak akan kenapa-napa."

"Walau tidak ada aku, tragedi pasti tetap akan terjadi." Dewi tahu seperti ini akan memprovokasinya, tapi dia tidak bisa menahannya dan berkata, "Kamu punya begitu banyak musuh, kamu bisa melarikan diri untuk sementara, tapi apa kamu bisa melarikan diri seumur hidup?"

"Diam!!!" Denny berteriak marah, "Jelas-jelas kamu yang mencelakainya, kamu bilang kamu adalah seorang dokter, kamu bilang bisa menyelamatkannya, tapi hasilnya??"

"Saat itu pelurunya tidak mengenai bagian vitalnya, seharusnya dia bisa diselamatkan." Mengingat peristiwa itu. Dewi masih sangat sedih, "Tapi aku tidak mengira, Tania punya penyakit jantung, bahkan mungkin pernah melakukan operasi jantung sebelumnya, tembakan itu membuatnya mengalam serangan jantung, jadi...."

"Kamu jelas-jelas hanya mencari-cari alasan." Denny berteriak marah, "Tania tidak pernah melakukan operasi apapun sebelumnya, dia tidak pernah...."

Setelah berkata setengah jalan, Denny terdiam, seperti teringat sesuatu, tetapi tidak terlalu yakin.

"Tania pasti punya penyakit jantung, tapi pernah melakukan operasi atau tidak, aku tidak yakin, karena waktu itu kondisinya mendesak, dan aku tidak sempat melakukan pengecekan menyeluruh, aku ingin memeriksanya setelah itu, tapi polisi sudah ...."

Sebelum Dewi menyelesaikan

ucapannya, dia mengganti topik

pembicaraan. "Tidak peduli bagaimanapun juga, aku memiliki tanggung jawab atas masalah aku sungguh merasa bersaah, kalau kamu ingin membenciku, aku tidak

bisa berbuat apa-apa, tapi tidak

anak-anak itu, mereka tidak bersalah."

"Karena itu, kamu bayar nyawa Tania dengan nyawamu."

Denny mencengkeram setir dengan erat, suaranya sedingin es.

"Aku bukannya takut mati, tapi masih ada banyak hal yang harus aku lakukan, sekarang masih belum boleh mati." Dewi masih tetap sangat tenang, "Beberapa tahun fagi, ketika saatnya aku sudah siap mati, aku akan pergi ke Hokkai untuk menyembahyangi Tania, dan hingga saat itu tiba, kalau kamu masih ingin membunuhku, aku tidak akan melawan."

Dewi berpikir, dia tidak akan hidup lebih dari usia 30 tahun, hingga saat itu, dia bisa dimakamkan bersama dengan Tania, seperti yang dikatakan Denny, dia bisa pergi ke surga dan menemani Tania....

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report