Bab 1995 Kembali ke Hokkai

"Konyol." Tapi itu semua omong kosong yang ia dengar dari Denny, "Alasan yang tidak masuk akal, apa kamu pikir aku akan mempercayaimu?"

"Kamu tidak bisa membunuhku sekarang." Dewi berkata dengan dingin, "Aku sarankan agar kamu tidak keras kepala."

"Benarkah?"

Denny melirik ke kaca spion mobil, ada sebuah mobil silver mengikutinya, dia tahu, itu pasti orang keluarga Moore....

Dia sepertinya sudah memprediksinya, jadi dia bersikap sangat tenang, tidak panik sama sekali.

"Hanya beberapa orang ini, apa bisa merebutmu dari tanganku?" Denny menyeringai mengejek, "Bahkan kalau mereka berhasil mengejar, aku bisa saja membunuhmu lebih dulu!!!" "Demi Tania, aku sarankan agar kamu menyerah dan meninggalkan obsesimu!"

Dewi mengerutkan keningnya dan menatapnya.

"Hehe, kamu terdengar seperti malaikat yang akan menyelamatkan hidupku!" Denny merasa itu konyol, "Kamu jangan lupa, kamu sekarang ada ditanganku!”

Dewi melihat kaca spion belakang dan berkata dengan tenang, "Kamu tidak akan bisa lari!"

Denny tidak menghiraukannya, menginjak pedal gas dan menambah kecepatan....

Dewi tidak punya pilihan lain selain meraih pegangan untuk menstabilkan dirinya.

Pada saat yang sama, di dalam hatinya dia juga mengagumi kemampuan mengemudi Denny yang bagus, juga keahlian menembaknya yang bahkan lebih unggul, jika tidak, tembakannya barusan tidak akan menjatuhkan ponselnya saja dan hanya menggores tangannya!

Makanya, orang seperti ini, sungguh sangat berbahaya.

Dalam sepanjang perjalanan mobil menuju bandara, Dewi bertanya dengan curiga, "Apa yang ingin kamu lakukan?"

"Membawamu ke Hokkai." Denny menatap spion belakang dan berkata dengan dingin, "Aku ingin membunuhmu di depan makam Tania, menggunakan darahmu untuk memberi penghormatan padanya!" "Apa kamu yakin ini yang dia inginkan?"

Dewi tidak bisa berkata-kata, Denny benar-benar sudah gila ....

Bab 1995 Kembali ke Hokkai

88

10 mutiara

Denny sama sekali tidak menghiraukannya, dia mengira, hanya dengan membunuhnya di depan makam Tania, barulah dia bisa berhasil membalaskan dendam Tania dan menyelesaikan misinya. Tidak peduli orang lain berkata apa, tidak ada yang bisa menggoyahkan tekadnya.

Tapi dia belum bisa menyentuhnya sekarang, jika tidak, akan terjadi ledakan kedua di panti asuhan....

Namun, teleponnya tadi dengan Bibi Lauren terputus ditengah jalan, Bibi Lauren seharusnya mendengar suara tembakan, Bibi Lauren pasti akan menelepon kembali, jika tidak tersambung. dia pasti tahu telah terjadi sesuatu.

Dengan kebiasaan Bibi Lauren, dia

pasti akan segera menelepon orang-orang keluarga Moore, pada saat bersamaan juga akan berpikir, Dewi sebelumnya di ancam oleh Denny, dan sangat memungkinkan masih ada bahaya lain di panti asuhan....

Jadi, berikan sedikit waktu pada Bibi Lauren, dia pasti bisa menemukan bomnya.

Alangkah baiknya jika bisa membuat Denny lebih tenang sekarang.

Mobil terus melaju ke arah bandara,

Sonny dan rombongannya terus mengejarnya, tetapi kemampuan mengemudi mereka tidak sebanding dengan Denny, tidak peduli seberapa kerasnya mereka mengejar, tetap tidak bisa terkejar, dan jarak di

antara mereka semakin menjauh.

Sonny segera menelepon tim lain untuk mengepung di jalan lain, pada saat bersamaan juga menelepon Jeff untuk melaporkan situasinya.

Tetapi ponsel Jeff mati, dia baru teringat, Jeff baru saja naik pesawat di kota tua

Sonny pun menelepon Jasper, tapi tidak diangkat.

Dia sangat cemas karena tidak bisa meminta bantuan sekarang, dia hanya bisa menyelesaikannya sendiri, sekarang dia berdoa dalam hati agar Tuhan melindungi, jangan sampai terjadi sesuatu pada Nona Dewi, jika tidak, maka habislah dia!!!

Denny mengemudi sangat kencang, dengan cepat dia membawa Dewi sampai di bandara, langsung menyeretnya keluar dari mobil, dan berjalan cepat ke pintu keberangkatan.... "Aku tidak punya tanda pengenal, tidak bisa naik pesawat."

Dewi mencari-cari alasan untuk mengulur waktu.

Denny tidak menghiraukan Dewi, langsung menyeretnya masuk ke toilet pria, beberapa pria yang ada di toilet terkejut.

"Enyahlah!" Teriak Denny.

Beberapa pria itu ketakutan dan berlari keluar, salah seorang pria maju, berniat berħegosiasi

dengannya, melihat tatapannya yang menyeramkan, wajahnya pucat ketakutan, dan dia buru-buru berlari keluar.

Denny menendang salah satu pintu, mengeluarkan sebuah tas tahan air dari tangki air,

membukanya, dan didalamnya ternyata ada tanda pengenal miliknya dan Dewi.

3/3

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you replace any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report